padangtime.com – Banyak pihak berpendapat bahwa seni bela diri silat tradisional saat ini berkembang cukup baik. Namun, ada pula yang menilai perkembangannya justru stagnan.
Menyikapi hal ini, Rektor Universitas Negeri Padang (UNP), Krismadinata, Ph.D., menekankan bahwa silat tradisional tidak boleh sekadar menjadi warisan budaya yang dijaga dalam komunitas tertentu, tetapi juga harus dikembangkan sebagai bentuk hiburan modern.
“Silat tradisional memiliki potensi besar untuk diadaptasi ke dalam film, pertunjukan teater, hingga konten digital. Keunikan silat dapat menjadi daya tarik bagi penonton, baik di dalam maupun luar negeri,” ujar Krismadinata saat menghadiri acara berbuka puasa bersama pengurus Persatuan Pencak Silat Seluruh Indonesia (PPSI) Sumatera Barat di UNP Convention Hall, Rabu (26/3).
Menurutnya, PPSI dan pegiat silat tradisional harus mampu menunjukkan bahwa silat bukan sekadar seni bela diri, tetapi juga memiliki nilai filosofis dan estetika yang kuat. Dengan narasi yang menarik, generasi muda akan semakin mengenal dan mencintai budaya asli Indonesia.
Senada dengan itu, Ketua PPSI Sumatera Barat, Prof. Indrayuda, M.Pd., Ph.D., menyebut pihaknya tengah merancang berbagai strategi agar silat tradisional kembali bergairah.
“Kami sudah mengadakan festival pencak silat tradisional dan ke depan akan berupaya menggandeng industri kreatif untuk memajukan seni bela diri ini,” ujarnya.
Sementara itu, pegiat silat tradisional Zulhendri Ismed menilai bahwa pendekatan modern ini merupakan langkah tepat untuk menjaga eksistensi silat di era digital.
“Jika kita hanya mengandalkan cara-cara tradisional dalam melestarikan budaya, silat bisa semakin terpinggirkan. Dengan menjadikannya bagian dari industri hiburan, kita justru memberi kesempatan bagi silat untuk berkembang dan dikenal lebih luas,” jelasnya.
Zulhendri berharap upaya ini tidak hanya menjaga silat sebagai bagian dari sejarah, tetapi juga menjadikannya identitas budaya yang relevan dan mampu bersaing di tingkat global.