Penulis: Verni Juita (Ketua Tim PKM-LPPM UNAND)
PadangTIME.com – Sejak tahun 2022, Sanggar Rayo terus berusaha berinovasi dan menemukan keunikan produk agar bisa mendapat tempat di hati konsumennya. Mulai dari penggunaan pewarna alami hingga modifikasi dan kombinasi sebagian besar produk rajutnya dengan batik. Namun produk Rayo batik series masih mengandalkan perca batik yang tersedia. Sementara produk seri batik tersebut tidak dapat di buat lagi jika ada permintaan untuk produk dengan kombinasi batik yang sama dari pelanggan. Untuk meningkatkan keberlanjutan produk batik series, maka di tahun 2023 dengan dukungan dari Tim pengabdi Lembaga Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat (LPPM) Universitas Andalas yang diketuai oleh ibu Verni Juita SE., M.Com (Adv) AK beserta beberapa dosen dan mahasiswa, beberapa anggota perwakilan dari sanggar Rangkiang mengikuti pelatihan batik tulis dan batik cap di Usaha Batik Salingka Tabek yang sudah mapan di Kabupaten Solok.
Kegiatan pelatihan batik dilaksanakan selama dua hari dari tanggal 1-2 november 2023 berlokasi di pusat pelatihan milik UKM Batik Salingka Tabek. Selain menyediakan seluruh bahan dan peralatan, tim LPPM juga mempersiapkan desain batik yang diambil dari motif ukiran rumah gadang di Salayo yang berdekatan dengan basecamp Sanggar Rangkiang. Pada hari pertama dibuka dengan berbagai penjelasan mengenai filosofi batik dan persiapan penting sebelum mulai membatik oleh bapak Yusrizal sebagai pelatih sekaligus pemilik usaha batik Salingka Tabek, seluruh peserta pelatihan mengikuti dengan serius tahapan aktivitas pembuatan batik tulis. Meskipun sebagian besar peserta dari Sanggar Rangkiang sudah tidak muda lagi namun kreatifitas dan kemampuan menyerap dan mempraktekkan ilmu membatik sudah tidak diragukan lagi. Berikut adalah beberapa hasil kegiatan membatik hari pertama:
Pada kegiatan hari kedua, fokus kegiatan diarahkan pada pembuatan batik cap. Terdapat perbedaan proses dan cara pembuatan serta alat-alat yang dibutuhkan. Jika batik tulis pembuatan dan penggambaran motif dan membatiksepenuhnya dikerjakan secara manual oleh pembatik. Sementara pada batik cap, motif yang diinginkan telah di cetak dalam setiap cetakan cap yang dibuat. Perbedaan lainnya antara batik cap dibanding batik tulis selain konsistensi desain dan gambar motif batik yang sama setiap dibuat pada kain karna di cap sesuai cetakan, juga waktu pengerjaan yang lebih cepat dan efisien.
Selama pelatihan, Tim LPPM Universitas Andalas dan peserta pelatihan juga banyak berdiskusi dengan bapak Yusrizal selaku owner Salingka Tabek dan pelatih. Dari diskusi yang dilakukan bapak Yusrizal mendorong sanggar Rangkiang untuk mempertimbangkan melanjutkan latihan batik dan membuka usaha batik mandiri di Salayo. Hal ini diungkapkan beliau melihat antusiasme dan potensi yang besar dari peserta. Meskipun baru belajar batik tapi kegigihan, konsistensi maupun hasil batik yang telah diselesaikan menunjukkan peluang hasil batik yang bernilai jual di masa datang. Beliau juga menyampaikan bahwa Sanggar Rangkiang ke depannya juga bisa menghasilkan batik yang tidak hanya ditujukan untuk dikombinasikan dengan berbagai produk rajut, namun juga dapat bekerja sama dengan Batik Salingka Tabek untuk memenuhi permintaan pasar akan produk batik seperti pakaian seragam, selendang dan berbagai produk batik lainnya dengan membawa harum nama Kabupaten Solok. Sanggar Rangkiang sangat antusias menyambut baik peluang tersebut dan akan mempertimbangkannya sembari menyiapkan sumber daya manusia dan kemungkinan pendanaan yang bisa di dapat nantinya. (PT)