Padang TIME | Program Studi Ilmu Komunikasi Departemen Sosiologi menggelar kuliah umum dengan konsep Talkshow bertajuk “Meet The Expert: Praktisi Bicara Komunikasi”, Minggu (16/10). Kuliah umum yang diselenggarakan untuk mahasiswa baru Prodi Ilmu Komunikasi ini adalah ruang berbagi pengalaman dan pengetahuan dari para praktisi di bidang Ilmu Komunikasi. Kegiatan ini hadir untuk merespon keterbatasan perkuliahan di ruang-ruang kelas.
Kedepannya, Program Studi Ilmu Komunikasi memiliki tiga konsentrasi, yaitu Jurnalistik, Humas, dan Manajemen Komunikasi. Melalui kuliah umum yang berlangsung di lantai 4, Gedung Laboratorium FIS UNP ini, 88 mahasiswa baru Ilmu Komunikasi mendengar pemaparan Ramadhani selaku Redaktur klikpositif.com, Khairian Hafid, S.Sos.I sebagai Staff Humas RSUP Dr. M. Djamil, dan Heza Putra yang juga merupakan Founder dan CEO Monoca Collective yang dimoderatori langsung oleh AB Sarca Putera, S.Ikom., M.A. yang juga Koordinator Prodi Ilmu Komunikasi UNP.
Kehadiran praktisi di tengah-tengah mahasiswa baru Prodi Ilmu Komunikasi adalah upaya untuk menerjemahkan program Praktisi Mengajar yang diinisiasi oleh Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi. Semangat utama dari program Praktisi Mengajar ini adalah mempersiapkan lulusan perguruan tinggi untuk lebih siap untuk masuk ke dunia kerja. Program ini mendorong kolaborasi aktif praktisi ahli dengan dosen agar tercipta pertukaran ilmu dan keahlian yang mendalam dan bermakna antar sivitas akademika di perguruan tinggi dan profesional di dunia kerja.
Pada kuliah umum ini, Ramadhani sebagai praktisi di bidang Jurnalistik memberikan gambaran tanggung jawab profesi yang diemban olehnya. “Menjadi jurnalis adalah “jalan pedang” karena kewajiban pertama jurnalisme adalah pada kebenaran. Dan loyalitas pertama jurnalisme adalah kepada publik. Maka, menjadi Jurnalis tidak bisa dilepaskan dari hajat hidup orang banyak,” ungkapnya.
Hal senada juga disampaikan oleh Khairian Hafid, S.Sos.I, “Profesi Public Relations sejatinya memiliki tanggung jawab pada dua sisi, pada organisasi dan pada publik. Hal ini lah yang membuat Kode Etik Profesi Public Relations menjadi penting untuk ditegakkan. Karena akan memandu kerja-kerja Public Relations tetap berada pada koridor yang semestinya,” Jelas Humas RSUP Dr. M. Djamil ini. Baik jurnalistik ataupun humas memiliki ranah pengembangan profesi yang cukup jelas kedepannya, misalnya mahasiswa yang mengambil peminatan Jurnalistik bisa berprofesi sebagai jurnalis nantinya. Atau, mahasiswa yang mengambil peminatan Humas, dapat menjadikan Humas sebagai pilihan karirnya.
Namun, sedikit berbeda dengan ranah Jurnalistik dan Humas, konsentrasi Manajemen Komunikasi memiliki ranah profesi yang cukup luwes. Hal ini yang dipaparkan oleh Founder dan CEO Monoca Collective, Heza Putra. “Manajemen Komunikasi adalah ruang bebas yang menuntut kreativitas. Karena pada dasarnya Manajemen Komunikasi terletak pada inti komunikasi itu sendiri, yaitu pesan. Tak ada komunikasi tanpa pesan. Maka, peran sentral manajemen komunikasi adalah mengolah pesan, mulai dari teks, audio, visual, dan lain-lain yang disesuaikan dengan kebutuhan audiens” ungkapnya.
Sebagai CEO dari sebuah agensi digital marketing, Heza menambahkan bahwa “Manajemen Komunikasi membuka ruang hadirnya beragam profesi baru, mulai dari Project Manager, Social Media Manager, Copywriter, Graphic Designer, dan lain sebagainya. Namun, untuk dapat terjun dalam dunia kerja Manajemen Komunikasi dibutuhkan portofolio yang mestinya dapat dibangun sejak dari masa perkuliahan,” tegasnya di hadapan mahasiswa baru prodi Ilmu Komunikasi.
Kuliah umum Meet The Expert sejatinya adalah rangkaian kegiatan dari program BootComm (Reboot Communication) yang dirancang untuk Mahasiswa Baru Program Studi Ilmu Komunikasi. BootcComm diharapkan menjadi ruang dan medium matrikulasi bagi Mahasiswa Baru yang masih berada pada fase transisi dari Siswa menjadi Mahasiswa, khususnya dalam konteks pengetahuan dan wawasan terhadap Ilmu Komunikasi.
“BootComm adalah program yang berangkat dari tiga persoalan mendasar dalam kehidupan masyarakat akademik: Pertama, praktik perploncoan yang masih saja terjadi pada tahap penerimaan mahasiswa baru. Kedua, dunia pendidikan dan dunia kerja hari ini yang mestinya mengikuti gerak zaman, sehingga menghadirkan tuntutan Keterampilan Abad 21 yang harus dimiliki oleh mahasiswa baru. Terakhir, pemahaman akan nilai-nilai integritas akademik,” Jelas Koordinator Prodi Ilmu Komunikasi, AB. Sarca Putera.
“Meski bukan seperti hukum positif, namun integritas akademik adalah panduan utama menuju peningkatan kualitas akademik, yang pada akhirnya dapat berdampak baik pada masyarakat. Maka, Program BootComm diharapkan dapat dilihat sebagai bagian dari upaya menghadirkan alternatif solusi terhadap tiga persoalan mendasar tersebut” tutupnya. (pt)
PI