Kegiatan dalam upaya Membantu Nagari Membangun
Oleh : Dr. Sosmiarti, (Tim Nagari tageh Solok Selatan)
PadangTIME.com – Lebah Trigona yang dalam bahasa daerah dinamakan galo-galo (Sumatera Barat) dan klanceng, lenceng (Jawa) merupakan salah satu dari berbagai sumberdaya lokal yang memiliki potensi untuk mengatasi permasalahan, produktifitas usaha pertanian, sumber pendapatan, sehingga mampu meningkatkan kesejahteraan Masyarakat. Jenis Galo-galo (lebah Trigona) yang sangat potensial untuk dikembangkan adalah Trigona laeviceps. Galo-galo tersebut memiliki beberapa keunggulan, diantaranya:
(1) mampu hidup pada berbagai tipe kondisi habitat dan ketiggian
(2) memiliki volume rongga sarang mencapai dua liter
(3) dapat menempatkan sarangnya pada berbagai rongga seperti pada bambu, lubang kayu, tempurung kelapa dan celah-celah bebatuan,
(4) menghasilkan propolis serta berperan sebagai polinator berbagai jenis tanaman dan tumbuhan liar
Lebah jenis Galo – galo atau Kelulut sangat potensial dibudidayakan di pekarangan rumah.Menurutnya, lebah jenis ini bisa menjadi sumber pendapatan bagi masyarakat.Budidayanya tidak begitu rumit, bisa memanfaatkan halaman atau pekarangan rumah sebagai lokasi penangkaran.Madu merupakan produk utama dari lebah yang berasal dari nektar yang dihasilkan tanaman baik dari bunga, ataupun dari kuncup daun muda. Sebagian besar kita mamahami bahwa madu dihasilkan oleh lebah, baik lebah hutan ataupun lebah ternak, dimana keduanya ini merupakan lebah bersengat dengan nama latin Apis dorsata (lebah hutan), Apis cerana (lebah ternak lokal) dan Apis melifera (lebah ternak impor). Namun tidak banyak yang mengetahui, ternyata madu juga bisa dihasilkan oleh lebah tidak bersengat, di Sumatera Barat lebah ini disebut dengsn “Galo-galo”. Di Jawa, lebah ini dikenal dengan lebah “Klanceng” dan di Malaysia sudah sangat popular dengan sebutan “Kelulut”.
Jenis lebah kelulut (Trigona spp.) atau juga dikenal dengan lebah tanpa sengat (Stingless bee) merupakan salah satu jenis lebah yang banyak dibudidayakan. Meski berukuran lebih kecil bila dibandingkan dengan lebah madu lain seperti Apis dorsata maupun Apis melifera namun madu yang di hasilkan tidak kalah berkualitas. Bahkan harga jual madu kelulut atau yang di Jawa disebut madu Klanceng lebih tinggi bila di bandingakn dengan madu jenis Apis sp.. Hal ini karena jumlah madu yang dihasilkan dari setiap sarang relatif lebih sedikit bila dibandingkan jenis lebah Apis sp. .Keberadaan berbagai jenis tanaman yang beragam akan meningkatkan kualitas madu yang dihasilkan. Semakin berkualitas madu yang dihasilkan semakin banyak nilai ekonomi yang didapatkan
Di Sumatera telah teridentifikasi 31 spesies lebah Galo-galo dan diantaranya sudah mulai dibudidayakan adalah: Heterotrigona itama, Geniotrigona thoracica, Tetrigona apicalis, Lophotrigona canifrons, Tetragonula laeviceps dan Tetragonula fuscobalteata. Galo-galo umum bersarang di rumah tua, pohon berlubang, bambu dan celah batu. Lebah ini memiliki ukuran yang beragam dengan panjang tubuh 2,4 – 9,0 mm.
Dengan mempelajari habitat hidup, biayanya terjangkau, kemudahan pengelolaannya serta tidak memerlukan perlakukan khusus atau dapat dikerjakan disela waktu oleh masyarakat yang mempunyai berbagai macam pekerjaan maka tim Nagari Tageh Nagari Pasia Talang ( Dr. Sosmiarti, SE, MSi) merasa budidaya lebah galo galo ini dapat menjadi alternatif solusi untuk memulihkan kondisi perekonomian masyarakat di Nagari Sako Pasia Talang Kabupaten Solok Selatan. Tim Nagari tageh berusaha mencari berbagai aktifitas yang dapat menciptakan tageh ekonomi di Solok Selatan, tapi tentu saja usaha kreatif yang dapat disesuaikan dengan kondisi alam dan SDM yang ada di Nagari. (PT)