PadangTIME.com – Terapkan konsep produksi dari hulu ke hilir, Ketua DPRD Provinsi Sumatera Barat (Sumbar) Supardi berkomitmen untuk memberikan penguatan terhadap produk industri Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) agar bisa menjangkau pasar yang lebih luas.
Komitmen tersebut diungkapkan Supardi saat meninjau proses pembuatan batik lumpo pada tiga SMK di Kota Padang, Jumat (8/9).
Tiga SMK yang ditinjau itu adalah SMK 4 SMK 8 dan SMK 2 dalam memproduksi batik lumpo. Tiga SMK itu saling bermitra dengan menerapkan pola hulu ke hilir.
SMK 4 merupakan hulu dengan memproduksi dasar kain batik, semi hilirnya SMK 8 yang merancang kain batik hasil SMK 4 menjadi produk textile. Sementara untuk pemasaran dilakukan oleh SMK 2 sebagai hilirisasi.
“Konsep hulu ke hilir yang diterapkan perlu kita support dan diberikan penguatan, sehingga tiga sekolah ini bisa terus mengasah jiwa entrepreneur siswa yang bermanfaat untuk masa depan anak dan daerah,” kata Supardi.
Dia mengatakan penanaman nilai-nilai entrepreneur merupakan sebuah proses, tidak ada jurusan kusus pada pendidikan formal untuk menumbuhkan jiwa itu, namun lingkungan bisa menjadi salah satu faktor mengasah bakat alami seseorang (entrepreneurship-red).
“Jadi kolaborasi yang dilakukan oleh SMK 4 SMK 8 dan SMK 2 bisa dijadikan role mode untuk siswa sebagai bekal masa depan, sehingga saat lulus siswa bisa menerapkan proses-proses yang telah dilalui sebagai individu yang mandiri,” katanya.
Dia mengungkapkan produk yang dihasilkan oleh tiga SMK di Kota Padang pada bidang textile tidak kalah dengan produk yang dihasilkan oleh industri besar, jika diperkuat lagi, bukan tidak mungkin bisa merambah pasar internasional. Proses terus berjalan, kedepan produk SMK asal Sumbar diyakini bisa diperagakan pada expo-expo kelas dunia.
“Kedepan kita mendorong pemerintahan provinsi bisa memberikan perhatian lebih terhadap SMK-SMK yang ada, terutama yang memiliki potensi. Seperti SMK 2 Padang yang memiliki tempat pemasaran produk, kedepan kita akan jadikan SMK 2 sebagai pusat penjualan produk-produk SMK se Sumbar,” katanya.
Dia mengatakan, jika seluruh produk SMK telah dipasarkan pada satu pintu, maka DPRD akan mendorong kerjasama-kerjasama dengan asosiasi yang ada, salah satunya ASITA. Nantinya akan diarahkan wisatawan yang datang ke Sumbar mesti singgah untuk melihat dan membeli produk SMK.
” Tidak hanya produk textile, nantinya juga ada produk lainya seperti kuliner atau kerajinan lainya,” katanya.
Dia mengatakan, DPRD juga akan melakukan penguatan terhadap SMK sesuai tugas pokok dan fungsi, selain anggaran, tentu nya lulus an SMK tidak ada pola pikir untuk menjadi pekerja di dunia industri, melainkan bisa membuka lapangan kerja sendiri dan mengurangi beban pemerintah dalam menanggulangi pengangguran.
“Pemerintah Provinsi Sumbar tengan menggalakkan program 100.000 entrepreneur, SMK merupakan garda terdepan untuk menyukseskan program itu,” katanya.
Sementara itu, Novia Hertini seorang fashion designer yang juga owner CV.Novia bergerak pada bidang pakaian mengatakan batik lumpo merupakan usaha berbasis masyarakat di Kabupaten Pesisir Selatan yang bermitra pada CV yang dia pimpinan.
Kemitraan itu telah berjalan sukses selama tujuh tahun, sehingga dijalankan lah program pemadanan dengan mengandeng tiga SMK ini. Dalam program padanan CV.NOVIA sebagai industri membantu SMK sebesar Rp 1,7 miliar. Hal ini merupakan salah satu bentuk CSR CV Novia melalui program pamadanan.
“Dengan program yang digagas maka tiga sekolah kejuruan juga mendapatkan bantuan dari kementerian terkait sebesar Rp 4 miliar. Tahun ini kita juga diberikan target untuk pasar yang jelas hingga branding produk yang dihasilkan, ” katanya. (rel/tn)
PI