Mahyeldi Baca Buku SKB 3 Menteri Hasil Karya Anul Zufri

PADANGTIME.COM | Ketika SKB 3 Menteri yang dikeluarkan pada bulan Februari 2021 yang melarang penggunaan atribut agama pada seragam sekolah negeri, masyarakat Minangkabau merasa bahwa hal itu ancaman nyata terhadap nilai-nilai yang selama ini mereka junjung tinggi. Oleh karena itu Anul Zufri yang melahirkan buku ini, selaku pengacara bersama kawan-kawannya yang menggugat SKB 3 Menteri tersebut dinilai telah melakukan langkah tepat dan bukan sekedar bereaksi, melainkan sebuah bentuk perjuangan yang didasarkan pada keyakinan bahwa keadilan harus ditegakkan.

Buku SKB 3 Menteri Digugat Istana Berguncang yang dilahirkan Anul Zufri SH, MH, Ph.D dengan penerbit buku Revormasi – penerbit buku masa kini, telah beredar luas bulan September 2024 ini di toko-toko buku, seperti Gramedia Digital, Shopie dan lainnya.

Buku setebal 177 halaman ini dinilai berbagai kalangan sebagai salah satu buku yang cukup komprehensif daan lengkap, selain mengupas persoalan hukum juga membahas persoalan norma dan adat serta aturan dalam agama Islam.

Gubernur Sumbar Mahyeldi Ansharullah misalnya, menurut Mahyeldi buku SKB 3 Menteri Digugat Istana Bergoncang tidak hanya mengupas tuntas salah satu peristiwa hukum dan sosial paling signifikan di negeri ini, tapi juga menyuarakan kepedulian mendalam terhadap kearifan lokal dan hak-hak masyarakat yang kerap terpinggirkan.

Menurut Mahyeldi, Minangkabau dengan falsafah Adat Basandi Syarak, Syarak Basandi Kitabullah, merupakan wilayah yang menjadikan ajaran Islam sebagai landasan utama dalam kehidupan sehari-hari.

“Di Minangkabau jilbab bukan hanya sekedar pakaian, tapi juga simbol keyakinan dan identitas yang melekat pada jati diri masyarakat. Oleh karena itu ketika SKB 3 Menteri yang dikeluarkan pada bulan Februari 2021 yang melarang penggunaan atribut agama pada seragam sekolah negeri, masyarakat Minangkabau merasa bahwa hal itu ancaman nyata terhadap nilai-nilai yang selama ini mereka junjung tinggi,” kata Mahyeldi.

Mahyeldi menilai Anul Zufri yang melahirkan buku ini, selaku pengacara bersama kawan-kawannya yang menggugat SKB 3 Menteri tersebut telah melakukan langkah tepat dan positif.

Menurut Mahyeldi, gugatan yang dilakukan Anul Zufri bersama kawan-kawannya bukan hanya sekedar reaksi, melainkan sebuah bentuk perjuangan yang didasarkan pada keyakinan bahwa keadilan harus ditegakkan.

“Alhamdulillah, dengan izin Allah ternyata perjuangan itu membuahkan hasil, dimana Mahkamah Agung memutuskan untuk membatalkan SKB 3 Menteri tersebut dan mengembalikan hak-hak masyarakat yang sempat terabaikan. Jadi, menurut saya buku ini sangat lengkap dan bisa menjadi bukti sejarah bagi generasi mendatang,” ungkap Mahyeldi.

Mahyeldi pun menyarankan masyarakat luas, terutama orang Minangkabau, agar segera membeli dan membaca buku ini agar dijadikan motivasi untuk melawan “kesewenang-wenangan”.

Buku SKB 3 Menteri Digugat Istana Bergoncang ini juga dikomentari salah seorang wartawan Sumbar, yang juga Redaktur Koran Harian Khazanah, Febriansyah Fahlevi. Menurut pria yang akrab disapa Angku Uban yang merupakan juara 2 Lomba Karya Jurnalistik IJTI – Pegadaian 2023 tingkat nasional dan juara karya jurnalistik tingkat nasional Pupuk Indonesia Media Award (PIMA) 2023 ini, buku tersebut merupakan “paket lengkap”.

Menurut pria yang juga penulis buku Agam Pesona yang Beragam dan Buku Kisah-kisah Korban Gempa 2009 setebal 351 halaman yang diterbitkan pada tahun 2010 lalu ini, buku SKB 3 Menteri Digugat Istana Bergoncang tersebut sekaligus sebagai bukti harga diri orang Minangkabau yang masih kokoh mempertahankan nilai-nilai adat, budaya dan agama.

Jadi kata Febriansyah Fahlevi, bagi masyarakat yang ingin memperkaya wawasan dan berniat ingin menjadi lebih pintar, tak ada salahnya untuk membeli dan membaca buku ini.

“Saya rasa Anul Zufri yang selama ini dikenal sebagai jurnalis atau wartawan, sudah berada pada posisi puncak. Mengapa saya katakan demikian, menurut saya puncak dari seorang wartawan itu apa bila sudah melahirkan buku dan karya jurnalisnya sudah diakui tingkat nasional. Maaf, ini hanya menurut saya lho,” ujar Febriansyah Fahlevi sambil tersenyum. (Venny/Fadil)