Padang TIME.com-Pemerintah Amerika Serikat berupaya menangani pandemi Covid-19 dengan mengajukan utang senilai USD3 triliun atau setara Rp45 kuadriliun (Rp45.000 triliun) pada kuartal II yang melampaui rekor utang AS sebelumnya hingga lima kali lipat pada 2009.
Pengajuan utang tersebut akan digunakan untuk mendanai paket stimulus yang diperkirakan bernilai sekitar 14% dari perekonomian AS ini mencakup pendanaan kesehatan dalam kasus Covid-19, serta bantuan langsung tunai.
Saat ini total utang pemerintah AS sudah mendekati USD25 trilliun, atau sekitar Rp276 kuadriliun. Krisis uang tunai yang dialami AS saat ini juga dipengaruhi dengan adanya pemerintah yang memperpanjang tenggat pembayaran pajak tahunan.
Dilansir Okezone, pada Selasa (5/5/2020), Pemerintah AS tengah membahas stimulus-stimulus tambahan, meski AS berutang dengan menjual obligasi pemerintah. Dikutip Okezone, jika dilihat secara historis, obligasi pemerintah memiliki suku bunga yang relatif rendah karena dipandang minim risiko oleh investor di seluruh dunia.
Sementara itu, Kantor Anggaran Kongres AS pada April memperkirakan defisit anggaran akan mencapai USD3,7 triliun, atau sekitar Rp55,6 kuadriliun tahun ini, sementara utang nasional melonjak di atas 100% dari PDB.
Pada pekan lalu, Ketua Bank Sentral Amerika Jerome Powell ingin melihat neraca pemerintah AS berada dalam posisi yang lebih baik sebelum pandemi. Jika dilihat sebelum masa pandemic virus corona, beban utang negara melonjak ke tingkat yang dipandang banyak ekonom berisiko untuk pertumbuhan jangka panjang, karena negara tersebut menghabiskan lebih banyak dari pendapatan
Adapun sebagai bagian dari upaya meringankan bebannya sendiri, Bank Sentral Amerika telah membeli lebih dari US1 triliun, atau setara Rp15 kuadriliun, dalam bentuk treasury selama beberapa pekan terakhir.
Sedangkan investor dari negara-negara asing merupakan pemegang utang AS yang signifikan. Jepang, China, dan Inggris berada di urutan teratas pada Februari. Ketegangan yang meningkat antara AS dan China selama beberapa tahun terakhir telah memperbaharui pengawasan terhadap posisi utang Amerika. (PT/IDX)
PI