PadangTIME – Olimpiade Tokyo 2020 berlangsung di tengah pandemi Covid-19. Ajang olahraga bergengsi di dunia tersebut pun memberlakukan aturan super ketat dengan harapan tidak menjadi klaster penyebaran Covid-19.
Tapi, apa yang terjadi jika ada atlet yang dinyatakan positif Covid-19? Apakah si atlet akan langsung dicoret dari daftar pertandingan di Olimpiade Tokyo 2020 atau bahkan langsung dipulangkan ke negaranya?
Menurut laporan TIME, penyelenggaraan Olimpiade Tokyo 2020 berlangsung di suatu desa zona merah (darurat). Karena itu, penjagaan, pengawasan, dan pengetesan terkait Covid-19 dilakukan super masif.
“Komite Penyelenggara Olimpiade Tokyo telah membuat serangkaian kebijakan ketat yang mengatur bagaimana atlet, pelatih, dan staf harus berperilaku untuk meminimalkan risiko, baik kasus impor infeksi maupun kejadian yang tersebar di  komunitas Olimpiade,” terang laporan TIME tersebut yang disadur MNC Portal, Senin (26/7/2021).
Meskipun diberlakukan pengujian agresif, infeksi tetap saja bisa terjadi dan benar saja, diketahui sudah ada 3 atlet yang dinyatakan positif Covid-19 di Desa Olimpiade, dengan kasus pertamanya datang dari atlet senam wanita asal Amerika Serikat.
Lalu, ada juga atlet sepak bola Afrika Selatan yang dinyatakan positif dan membuat tim tersebut dilarang berlatih bersama sampai tes berulang di antara mereka menyatakan hasil negatif Covid-19.
“Menjadi perhatian semua, meski pengujian dilakukan agresif, virusnya sangat tidak dapat diprediksi dan meskipun sekitar 80% atlet melaporkan telah divaksinasi, vaksin tidak dapat mencegah infeksi 100% setiap saat,” tambah laporan tersebut.
Jadi, apa saja aturan ketat yang diberlakukan di Desa Olimpiade dan bagaimana jika atlet dinyatakan positif Covid-19?
Strategi menghalau terjadinya infeksi seminimal mungkin selama beberapa minggu mendatang melibatkan, menjaga semua orang di Desa Olimpiade Olimpiade sebanyak mungkin dan mengujinya sesering mungkin.
Lalu, setiap pelancong dari luar negeri diminta untuk meminimalkan perjalanan mereka 14 hari sebelum penerbangan menuju Tokyo, dan diminta mengikuti langkah-langkah mitigasi seperti mengenakan masker, menjaga jarak, dan mencuci tangan terlepas apakah mereka sudah divaksinasi atau belum.
Setibanya di Tokyo, para atlet akan tetap berada di area pelatihan yang telah ditentukan sampai beberapa hari sebelum jadwal kompetisi mereka yang artinya mereka akan pindah ke Desa Olimpiade.
Untuk mengatasi risiko penyebaran virus, para atlet diminta makan secara bergiliran atau diperbolehkan bawa makan ke kamar masing-masing kebanyakan atlet akan memiliki satu teman sekamar dan diminta untuk menghabiskan waktu hanya dengan teman sekamar mereka itu.
Setiap atlet juga diharuskan mengunduh aplikasi pelacakan kesehatan dan menjawab pertanyaan harian tentang apakah mereka mengalami gejala terkait Covid-19. Untuk sampai ke tempat latihan atau arena laga, mereka hanya dapat menggunakan transportasi Olimpiade yaitu mobil atau bus dengan pengemudi yang sebelumnya telah menjalani tes Covid-19 dan hasilnya negatif.
Atlet akan diuji setiap hari, dan suhu mereka akan dicatat setiap kali mereka memasuki Desa Olimpiade. Atlet Olimpiade  memiliki dua kesempatan untuk meludah ke dalam wadah pengumpulan sampel berkode khusus, dilakukan pada pagi dan sore hari. Proses pengambilan sampel diawasi ketat Petugas Penghubung Covid-19 (CLO) yang ditunjuk dari tim masing-masing. Hasil tes ludah keluar sekitar 12 jam, yang kemudian menindaklanjuti setiap atlet yang hasil tesnya positif.
“Bagi atlet yang hasil tes ludahnya positif Covid-19, mereka akan diminta pergi ke klinik yang ditunjuk dengan kendaraan khusus Olimpiade ke Desa untuk tes lain, kali ini, yang melibatkan swab nasofaring. Atlet akan tetap berada di bangsal isolasi klinik selama tiga sampai lima jam sampai hasilnya tersedia,” papar laporan TIME.
“Jika tes nasofaring juga positif, maka atlet dipindahkan ke fasilitas hotel khusus di luar Desa, lagi-lagi dengan transportasi Olimpiade khusus. Relawan mengatur untuk membawa barang-barang yang diperlukan para atlet di hotel. Sementara itu, atlet dan CLO bekerja untuk membuat daftar kontak langsung—didefinisikan sebagai mereka yang bersama-sama selama 15 menit atau lebih dengan jarak kurang dari 1 m tanpa mengenakan masker—yang kemudian akan diminta untuk melakukan tes Covid-19 lagi,” tambah laporannya.
Pada titik ini, Results Advisory Expert Group (RAEG) akan meninjau kasus untuk menentukan apakah atlet dan kontak dekat dapat terus bersaing atau tidak. Tim RAEG sendiri terdiri dari delapan anggota dan 46 penasehat; Kedelapan anggotanya adalah dokter (4 ahli di bidang kedokteran olahraga, 2 di bidang penyakit menular, dan 2 di bidang kesehatan masyarakat).
Kelompok ini akan meninjau setiap kasus positif setiap hari dan menentukan risiko apakah atlet tersebut bisa terus berkompetisi atau harus menjalani perawatan lebih intensif.
“Sulit dipercaya bahwa atlet yang dinyatakan positif dapat sanggup bersaing, terlepas dari olahraganya,” kata Dr. Naresh Rao, DO, kepala dokter untuk Polo Air Amerika Serikat dan anggota tim medis Tokyo untuk Komite Olimpiade dan Paralimpiade AS.
Hasil yang dipegang RAEG akan dilaporkan ke Pusat Pengendalian Penyakit Menular Olimpiade Tokyo 2020, yang kemudian hasilnya akan diteruskan kepada komite Olimpiade masing-masing atlet yang terlibat.
Komite Olimpiade Internasional mengatakan bahwa setiap atlet atau personel Olimpiade yang gagal mematuhi prosedur pengujian atau panduan dari RAEG dapat menghadapi berbagai hukuman, mulai dari denda, skorsing, hingga deportasi. (PT)
bebi

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini