Padang TIME | Ikatan Warga Saniangbaka (IWS) Jakarta menilai Anies Baswedan layak
jadi calon presiden 2024 karena dipandang sarat prestasi. Sementara Fauzi Bahar, mantan Walikota Padang dua periode layak menjadi penyambung lidah masyarakat Sumbar di DPR RI.
Keyakinan itu disampaikan pengurus IWS Jakarta saat silaturahmi dengan Fauzi Bahar, di RM Sederhana Jatinegara, Jumat 20 Oktober 2023.
Menurut Ketua IWS Jakarta, alasan warga Saniangbaka meyakini Fauzi Bahar bisa menjadi penyambuh lidah masyarakat Sumbar, setelah melihat “lakek tangannya” saat menjadi walikota Padang, terutama dalam bidang keagamaan dan perbaikan akhlak generasi muda, mulai dari SD, SMP hingga SMA.
Sementara kata dia menambahkan, keberhasilan Anies Baswedan  menjadi Gubernur DKI Jakarta menaikkan elektabilitasnya sebagai Capres 2024.
Keberhasilan tersebut kata diq, dilihat dari suksesnya program yang tawarkan Anies.
“Kalau nggak ada prestasi nggak mungkin kita mendukung Anies dan Fauzi Bahar. Karena atas dasar itu kedua tokoh ini kami rasa punya legitimasi untuk menjadi presiden dan anggota DPR RI, katanya.
Sementara itu Fauzi Bahar kepada wartawan media ini mengaku terharu dengan kepercayaan orang kampung ibunya itu pada dirinya.
Menurut Fauzi Bahar, selain program perbaikan akhlak generasi muda, ia juga akan berupaya memperjuangkan nasib nelayan.
Fauzi Bahar selaku mantan perwira angkatan laut melihat fakta bahwa potensi wilayah laut di Sumbar belum tergarap maksimal hingga ini hari.
“Saya rasa potensi sumber daya ikan laut yang cukup banyak di perairan kita belum tergarap maksimal dan mampu memberi kesejahteraan bagi masyarakat, terutama untuk nelayan itu sendiri,” jelas Fauzi Bahar.
Semua potensi tersembunyi itu diakui Fauzi Bahar seakan “tersia-siakan” begitu saja, karena para nelayan hanyak berkutat menangkap ikan hanya sekedar untuk “mencari makan”.
Ia mengatakan, selama ini sebagian besar nelayan di Sumbar pergi ke laut hanya menggunakan perahu motor tempel dalam masa durasi satu atau dua hari.
Bila dilihat dari teknologi yang digunakan kata Fauzi Bahar menambahkan, rata-rata bersifat tradisional dan berskala kecil dengan rata-rata awak kapal kurang dari 5 orang, baik yang menggunakan kapal motor, perahu motor tempel maupun perahu tanpa motor, dengan menggunakan modal sendiri.
Sementara dari sisi produksi kata Fauzi Bahar menambahkan, hampir semua para nelayan di Sumbar menjual ikan hasil tangkapannya dalam bentuk hidup dan ikan segar.
“Sangat sedikit sekali jumlah nelayan yang melakukan pengolahan terhadap produksi perikanan laut hasil tangkapannya tersebut,” katanya.
Fakta yang terjadi ini kata Fauzi Bahar yang merupakan calon aggota legislatif DPR RI Dapil I Sumbar dari Partai Nasdem, jauh berbeda dengan para nelayan Jepang yang rata-rata sudah menggunakan teknologi modern. Sehingga, perbedaan tersebut membuat hasil tangkapan ikan juga tidak sama, terutama dalam segi jumlah.
Dikatakan, alat bantu lainnya yang dipasang di bawah perahu atau kapal adalah sonar, sensor ini berfungsi untuk melepaskan gelombang suara. Bila bertabrakan dengan objek tertentu, gelombang suara akan terpantul kembali ke perahu. Data ini digambarkan menggunakan warna, sehingga dapat memastikan daerah mana yang mempunyai ikan lebih banyak.
Selain itu, perahu nelayan di Jepang juga dilengkapi alat bernama echo sounder dan net recorder. Keduanya bekerja untuk menggambarkan kontur dasar laut serta memastikan kedalamannya.
“Dengan demikian, proses berlayar dapat diperhitungkan dengan baik dan jumlah ikan jauh lebih banyak dibandingkan metode tradisional. Ke depan saya punya mimpi nelayan di Sumbar bisa seperti ini,” kata Fauzi Bahar. (Anul Jufri)
bebi

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini