Riwayat Industri Garam Rakyat Muara Sakai, Inderapura, dan Rencana Penghidupannya Kembali

    0
    797
    Muara Sakai, Inderapura, – Industri garam rakyat yang pernah berkembang di Muara Sakai, Inderapura, kini menjadi bagian dari sejarah. Dulu, masyarakat setempat memproduksi garam secara tradisional dengan mengolah udara laut melalui proses pemanasan untuk menghasilkan kristal garam. Garam-garam tersebut disimpan dalam Gudang Garam, yang hingga kini masih menyisakan jejak sejarah di wilayah tersebut.
    Gunawan (55), salah seorang warga Inderapura, mengenang kisah mertuanya yang merupakan seorang nelayan. Ia menceritakan bagaimana garam menjadi salah satu kebutuhan pokok bagi nelayan untuk mengawetkan hasil tangkapan mereka. “Garam diolah dengan cara merebus air laut, sehingga kemudian mengkristal menjadi butiran garam,” ujar Gunawan. Meski mendengar cerita tersebut, Gunawan mengaku tidak pernah menyaksikan langsung proses pembuatan garam rakyat yang dulu ada.
    Dulu, garam yang dihasilkan oleh masyarakat Muara Sakai ini hanya digunakan untuk kebutuhan non-pangan karena kualitasnya yang kurang baik, akibat kadar yodium yang rendah. Namun, garam-garam tersebut sangat penting bagi kehidupan masyarakat setempat, terutama bagi para nelayan yang bergantung pada garam untuk mengawetkan ikan tangkapan mereka.
    Dilansir dari Kompas.com, pada 6 Maret 2025, PT Garam mengungkapkan rencana untuk menghidupkan kembali industri garam rakyat yang dulu pernah berkembang di wilayah tersebut. Direktur PT Garam, Abraham Mose, bersama dengan jajarannya, telah bertemu dengan Gubernur Sumatera Barat, Mahyeldi, untuk membahas potensi usaha garam di provinsi ini.
    Gubernur Mahyeldi menyambut baik niat positif PT Garam untuk menghidupkan kembali industri garam rakyat, mengingat tujuh kabupaten di Sumatera Barat memiliki potensi laut yang besar. “Kami sangat mendukung upaya PT Garam untuk mengembalikan kejayaan industri garam rakyat yang dulu pernah ada di Muara Sakai. Ini juga akan membantu meningkatkan perekonomian lokal,” kata Mahyeldi.
    Sementara itu, Kepala Dinas Perindustrian dan Perdagangan Sumatera Barat, Novrial, menyatakan bahwa upaya untuk menghidupkan pengolahan garam rakyat di Muara Sakai dan Inderapura akan segera diwujudkan. Hal ini sejalan dengan kebutuhan garam nasional yang diperkirakan mencapai sekitar 5 juta ton per tahun, namun produksi dalam negeri baru mampu memenuhi sebagiannya. “Pengolahan garam rakyat di Muara Sakai akan menjadi bagian penting dalam mendukung ketahanan pangan dan kebutuhan garam di Indonesia,” ujar Novrial.
    Namun, meskipun garam yang dihasilkan oleh masyarakat Muara Sakai dulu memiliki kualitas yang rendah dan tidak layak dikonsumsi, rencana penghidupan kembali industri garam ini bertujuan untuk meningkatkan kualitas garam yang dihasilkan agar memenuhi standar nasional. Dengan adanya dukungan teknologi dan pelatihan, pengolahan garam rakyat yang diharapkan di daerah ini dapat berjalan lebih efektif dan menghasilkan produk yang berkualitas tinggi.
    Selain itu, upaya ini juga bertujuan untuk memberdayakan masyarakat setempat dengan membuka lapangan pekerjaan baru dan meningkatkan kesejahteraan ekonomi masyarakat pesisir. Sebagian besar masyarakat Muara Sakai dan Inderapura merupakan nelayan, dan penghidupan kembali industri garam diharapkan dapat memperbaiki perekonomian lokal serta mengurangi ketergantungan pada impor garam.
    Garam rakyat Muara Sakai, yang dulu menjadi bagian penting dalam kehidupan nelayan, kini tengah menunggu kebangkitan kembali. Dengan potensi alam yang melimpah dan dukungan dari pemerintah daerah serta PT Garam, industri garam rakyat ini diharapkan dapat berkembang kembali dan memberikan manfaat bagi masyarakat sekitar serta memenuhi kebutuhan garam nasional yang terus meningkat. (pt)
    * 
    https://www.semenpadang.co.id/id

    TINGGALKAN KOMENTAR

    Silakan masukkan komentar anda!
    Silakan masukkan nama Anda di sini