MELBOURNE, Australia, 30 Agustus 2022 |  CSIRO, badan sains nasional Australia, memaparkan sains dan teknologi yang dapat meningkatkan daya tahan dalam menghadapi pandemi berikutnya, serta mengurangi dampak ekonomi dari pandemi, dan melindungi masyarakat.
Laporan “Strengthening Australia’s Pandemic Preparedness” menyajikan 20 anjuran yang dapat mendukung kawasan Indo-Pasifik dalam mengurangi dampak pandemi sekaligus meningkatkan kinerja ekonomi, sosial, dan kesehatan.
Laporan ini mengulas sistem layanan kesehatan yang lebih efisien didukung teknologi,  berperan sebagai sistem peringatan dini untuk penyakit menular. Maka, metode pengobatan baru dapat dikembangkan dan diterapkan secara cepat. Hasilnya, pasien didiagnosis dan diobati lebih dini, pasokan vaksin juga terlindungi, dan pengambilan keputusan berjalan semakin baik.
Pandemi Covid-19 telah menimbulkan lebih dari satu juta kasus kematian di Asia Tenggara dan Pasifik Barat.
Chief Executive, CSIRO, Dr. Larry Marshall, berkata, CSIRO berkomitmen memperkuat daya tahan kawasan Indo-Pasifik untuk memerangi penyakit menular.
Penyakit menular sering terjadi  dan dampaknya pun bertambah besar, sains mempersiapkan kita untuk menghadapi tantangan berikutnya, serta meningkatkan daya pulih dan daya tahan kita dalam melindungi masyarakat sekaligus mempertahankan tingkat kesejahteraan pada masa mendatang.
Berikut enam bidang sains dan teknologi penting yang diulas dalam laporan ini:
  1. Keahlian praklinis dalam vaksin, pengobatan, dan diagnosis guna mempercepat tahap pengembangan
  2. Produksi vaksin di dalam negeri yang melibatkan berbagai jenis teknologi vaksin demi menjamin pasokan vaksin
  3. Penataan ulang metode pengobatan dan antivirus baru
  4. Titik layanan diagnosis untuk mengidentifikasi kasus penyakit menular
  5. Analisis genom atas patogen dan variannya
  6. Berbagi data tentang strategi respons
Laporan ini menganjurkan riset pada lima keluarga virus yang berpotensi menimbulkan pandemi berikutnya: Coronaviridae (e.g., COVID), Flaviviridae (e.g., Dengue), Orthomyxoviridae (e.g., Influenza), Paramyxoviridae (e.g., Nipah), serta Togaviridae (e.g., demam Chikungunya).
Ketika membuat laporan ini, CSIRO berkonsultasi dengan 146 pakar yang berasal dari 66 lembaga di sektor pemerintah, industri, dan riset.
Pakar mengungkap peran sains dan teknologi dalam melengkapi strategi efektif dan jangka pendek, seperti karantina wilayah (lockdown) dan penutupan batas wilayah sekaligus memitigasi biaya sosial, kesehatan, dan ekonomi yang bernilai signifikan akibat kebijakan ini.
Sains dan teknologi yang dipaparkan LEBIH inovatif untuk meningkatkan daya tahan kita,” kata Dr. Michelle Baker dari CSIRO.
CSIRO berkolaborasi dengan instansi pemerintah, industri, dan sektor riset demi melindungi kawasan Indo-Pasifik, serta menjaga kesiapan kawasan ini dalam menghadapi pandemi berikutnya.
(pt)
bebi

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini