PadangTIME.com – Dorongan untuk meningkatkan konsumsi rumah tangga dan permintaan kredit produktif harus terus dilakukan sepanjang 2021, agar perekonomian Indonesia bisa segera pulih dari dampak pandemi Covid-19.
Untuk mendukung pemulihan ekonomi tersebut, BRI konsisten melaksanakan berbagai program pemberdayaan dalam Program Pemulihan Ekonomi Nasional (PEN) khususnya bagi para pelaku UMKM.
Direktur Utama BRI Sunarso mengatakan, bahwa hingga kini ada setidaknya Rp 6.459 triliun dana masyarakat yang dikelola perbankan di Indonesia. Dari jumlah tersebut, sebanyak Rp5.482 triliun telah disalurkan dalam bentuk kredit.
Total rasio kredit yang disalurkan dari dana kelolaan bank (loan to depost ratio/LDR) perbankan nasional adalah sebesar 84,8 persen.
“Kondisi optimal LDR adalah 90 persen, maka diproyeksikan sekitar Rp600 triliun pinjaman yang masih harus didorong kepada sektor riil untuk menggerakkan ekonomi,” ujar Sunarso di Jakarta, Sabtu (6/2/2021).
Dia juga berpendapat bahwa permintaan terhadap kredit menjadi kunci. Pendorong utama pertumbuhan kredit yang signifikan adalah konsumsi rumah tangga dan daya beli masyarakat.
Guna mendukung upaya pemerintah mendorong pertumbuhan kredit dan pemulihan ekonomi nasional, lanjut dia, BRI berkomitmen dalam program PEN seperti penyaluran stimulus, penyaluran Kredit Usaha Rakyat (KUR), dan restrukturisasi bagi debitur yang terdampak pandemi.
Sebagai perbankan yang memiliki portofolio pinjaman UMKM sebesar 82.13 persen, BRI memiliki peran besar dalam menyasar pelaku UMKM yang membutuhkan bantuan. Hal ini dapat terwujud, karena BRI memiliki data terintegrasi pelaku UMKM, sehingga penyaluran stimulus dan kredit bagi pelaku usaha bisa berjalan efektif dan efisien.
Selain itu Sunarso menyampaikan bahwa BRI memiliki BRI Micro & SME Index yang memotret optimisme, ekspektasi, serta aktivitas bisnis pelaku UMKM sejak tahun lalu. “Kondisi likuiditas dan kualitas kredit BRI dipastikan terjaga meski pandemi masih terjadi. BRI siap untuk menyalurkan lebih banyak pembiayaan produktif dan stimulus untuk pelaku UMKM,” ujar Sunarso.
Menurutnya, segmen yang paling sensitif adalah masyarakat di bawah. Itu artinya mereka gampang terkena (dampak pandemi), tapi juga gampang pulih kembali. Maka kemudian BRI akan fokus ke ekosistem UMKM, terutama yang lebih kecil lagi dari mikro, yakni ultra mikro.
Tujuannya, dengan menaruh stimulus diharapkan dapat cepat mengungkit kembali pertumbuhan ekonomi. Target pertumbuhan ekonomi jika ekosistem tersebut dibangun bisa tercapai, karena menurutnya, kita semua memiliki resources-nya, sehingga tinggal dijahit saja.
Hasil riset BRI menunjukkan kenaikan aktivitas bisnis dan optimisme UMKM pada kuartal III dan kuartal IV 2020. “Ekspektasi pelaku UMKM atas kondisi ekonomi 3 bulan ke depan lebih baik. Untuk itu kita semua harus bekerjasama menjahit kebijakan ini supaya lebih efektif dan efisien,” papar Sunarso.
Pertumbuhan ekonomi pada triwulan IV 2020 menunjukkan berlanjutnya proses perbaikan perekonomian. Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS), meskipun mengalami kontraksi, pertumbuhan ekonomi pada triwulan IV 2020 sebesar -2,19% (yoy) membaik dari pertumbuhan triwulan III 2020 sebesar-3,49% (yoy).
Tren perbaikan pada triwulan IV 2020 tersebut terjadi di hampir seluruh komponen permintaan dan lapangan usaha. Dengan perkembangan tersebut, pertumbuhan ekonomi Indonesia terkontraksi 2,07% pada tahun 2020.
perbaikan ekonomi domestik triwulan IV 2020 ditopang realisasi stimulus dan kontribusi positif sektor eksternal. Konsumsi Pemerintah tumbuh positif pada 2020 sebesar 1,94% dipengaruhi oleh realisasi stimulus Pemerintah, terutama berupa bantuan sosial, belanja barang dan jasa lainnya, serta Transfer ke Daerah dan Dana Desa (TKDD).
Sementara itu, pertumbuhan konsumsi rumah tangga membaik pada triwulan IV 2020, yakni tumbuh -3,61% (yoy) dari -4,05% (yoy) pada triwulan sebelumnya, seiring dengan perbaikan mobilitas masyarakat. Secara keseluruhan tahun, konsumsi rumah tangga terkontraksi sebesar 2.63%.
Pertumbuhan investasi juga membaik pada triwulan IV 2020, dari -6,48% (yoy) pada triwulan sebelumnya menjadi -6,15% (yoy), sehingga secara keseluruhan tahun mengalami kontraksi sebesar 4,95%.