Oleh Duski Samad
Kata kunci sambutan Rektor pada hari ketiga wisuda ke 90 UIN Imam Bonjol, Senin, 30 Oktober 2023 adalah meminta sarjana UIN menjadi intelektual organik sebagai garda penegakkan akhlak mulia, ilmuwan dan pembimbing umat dan bangsa di tengah era digital ini.
Istilah “intelektual organik” berasal dari pemikiran filosof Italia, Antonio Gramsci. Menurutnya, intelektual organik adalah individu atau kelompok yang secara aktif berkontribusi dalam pembentukan ide-ide dan pemahaman yang mendominasi dalam masyarakat. Intelektual organik tidak hanya memiliki pengetahuan dan keterampilan secara akademis, tetapi juga menggunakan pengetahuan dan keterampilan tersebut untuk mempengaruhi dan membentuk masyarakat secara lebih luas.
Intelektual organik berfungsi sebagai perantara antara elit penguasa dan masyarakat umum, sering mengkomunikasikan dan mempromosikan ide-ide dan sistem nilai dari kelompok yang berkuasa. Oleh karena itu, mereka memiliki peran penting dalam menciptakan dan mempertahankan hegemoni, atau kontrol sosial dan ideologis, dari satu kelompok atas yang lain.
Contohnya termasuk guru, pengacara, wartawan, dan profesional lainnya yang pekerjaannya melibatkan manipulasi simbol-simbol budaya dan produksi informasi. Meskipun mereka sering dianggap sebagai pekerja masyarakat, Gramsci berpendapat bahwa mereka sebenarnya memiliki peran politik yang sangat penting.
Rektor UIN Imam Bonjol Padang, Prof. Dr. Martin Kustati, M.Pd., memberikan aksentuasi dan dorongan pada alumni Fakultas Dakwah dan Pengembangan masyarakat untuk dengan sigap mengisi ruang digital dengan conten positif, dakwah digital, yang saat ini massif dan luar biasa effek nya bagi umat dan bangsa.
Intelektual organik yang berasal dari Fakultas Ushuluddin dan Studi Ilmu Agama lebih sangat dibutuhkan lagi, ketika kegalauan dan penyimpangan iman begitu mudah ditemukan di ruang publik, aliran menyimpang, konflik bernuansa agama, sikap keagamaan ekslusif adalah tantangan yang mesti disehatkan oleh sarjana alumni FUSA.
Alumni UIN Imam Bonjol yang merupakan sarjana dengan basic agama Islam tentu dituntut untuk aktif dan berperan dalam memenuhi tugas fungsi sebagai sarjana agama. Esensi dan aktualisasi  sarjana agama di era digital ini adalah untuk memanfaatkan teknologi digital dalam upaya mendalami, memahami, dan menyampaikan ajaran-ajaran agama kepada masyarakat secara luas. Dengan teknologi digital, sarjana agama bisa mencapai audiens yang lebih besar dan beragam, selain itu juga dapat menyampaikan ajaran agama dengan cara yang lebih inovatif dan menarik. Selain itu, di era digital juga membutuhkan sarjana agama yang mampu menjawab berbagai tantangan dan isu-isu kontemporer yang muncul seiring dengan perkembangan teknologi. Misalnya, bagaimana menjelaskan ajaran agama dalam konteks sosial media, budaya digital, dan isu-isu etik lainnya yang terkait dengan penggunaan teknologi.
Jadi, esensinya adalah sarjana agama perlu mampu mengadaptasi dan memanfaatkan teknologi digital dalam berdakwah dan menyebarkan ajaran agama, dan sekaligus mampu menjawab tantangan dan isu kontemporer di era digital dengan pemahaman agama yang mendalam.
KRISIS DAN HARMONI GLOBAL
Era global yang dihubungkan oleh internet dan capaian tekhnologi robotik, Artificial Intelligence, pesawat ruang angkasa bukan saja membawa kebaikan bagi kehidupan global, ia juga menyisakan krisis global.
Krisis global adalah situasi yang berdampak buruk dan luas terhadap banyak negara di seluruh dunia. Krisis ini bisa berbentuk berbagai masalah serius seperti krisis ekonomi, lingkungan, politik, sosial, kesehatan, atau keamanan. Misalnya, resesi ekonomi global tahun 2008 atau pandemi COVID-19 tahun 2020 adalah contoh dari krisis global. Krisis ini dapat merusak ekonomi, menyebabkan kerusakan fisik, atau mencederai dan membunuh banyak orang. Penyelesaian krisis ini biasanya memerlukan kerjasama antar negara dan organisasi internasional.
Krisis global yang mencemaskan saat ini di antaranya adalah pencemaran  lingkungan hidup, perubahan iklim, effek rumah kaca dan mencairnya es di kutup dengan segala ikutannya berupa perubahan iklim yang ekstrim. Krisis kemanusiaan yang tiada henti, seperti yang tengah berkecamuk, belum ada tanda berakhir, perang dan gnosida pembersihan etnis di Ukraina dan Gaza adalah ancaman global yang menakutkan.
Pada saat yang sama resolusi PBB 18/16 menyerukan hak-hak azazi manusia, budaya toleransi dan non diskriminasi, yang intinya membangun harmoni global.
Harmoni global mengacu pada pencapaian keseimbangan dan keharmonisan dalam relasi antar negara dan komunitas global. Ini adalah ide tentang menjalin hubungan yang damai, adil, dan saling menguntungkan antara negara-negara di seluruh dunia, dengan menghargai perbedaan budaya, politik, dan sosial. Harmoni global mendukung kerja sama internasional, toleransi, dan pemahaman untuk mengatasi tantangan global seperti konflik, kemiskinan, dan perubahan iklim.
Kehadiran sarjana Islam ditunggu umat dan bangsa baik alasan kompetensinya, maupun pengalamannya mengerak umat di lini lapangan. Ayo, sarjana UIN yang memang habitualnya intelektual organik cepatlah bergegas mengambil peluang menjadi solusi di tengah krisis global, dan insiator menghadirkan harmoni global. Selamat mengemban gelar kesarjanaan sebagai eskalator bagi peningkatan mobilitas sosial dan kesejahteraan. (pt)
bebi

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini