PadangTIME.com – Pepaya penang mulai berkembang di nagari Batu kalang Utara setelah bencana gempa bumi Sumatera Barat tahun 2009, dengan kekuatan 7,9 skala Richter gempa telah meluluhlantakkan Irigasi Bandar Baru .
Pepaya penang sebenarnya tidak direkomendasikan oleh pemerintah setempat, tapi bagi petani yang terpenting adalah bagaimana mereka bisa bertahan hidup. Sehingga semenjak tahun 2010 lahan pertanian padi sudah mulai beralih ke tanaman pepaya penang dan menjadi komoditi utama yang akhirnya menjadi komoditi unggulan dan sumber penghasilan utama masyarakat Nagari Batu kalang Utara hal ini diungkapkan Dr. Sosmiarti yang didampingi Dr. M Nazer
Dikatakan Sosmiarti diperkirakan 200 orang petani pepaya penang saat ini. menanam pepaya, mereka tidak pernah mendapat penyuluhan dan arahan dari pihak terkait. Mereka melakukannya berdasarkan informasi dari mulut kemulut dan pengalaman sebagai petani. Sayangmya, cara bertanam pepaya tidak sama dengan bertanam padi yang selama ini mereka lakukan, akibatnya hasil yang didapat belum optimal dan banyak permasalahan yang mereka hadapi dalam budidaya, pemeliharaan dan panen. Semua mereka lakukan secara otodidak, tanpa pengetahuan dan tehnologi yang tepat guna yang ramah lingkungan, akibatnya masa produksi pepaya yang berkisar antara 3-5 tahun mengalami penurunan produksi dari tahun ke tahun.
Panen pada tahun pertama untuk lahan seluas 0,5 Ha, petani bisa panen lebih dari 2 ton, tapi pada tahun kedua merosot tajam, yaitu hanya bisa mencapai 800 Kg dan tahun ketiga turun lagi menjadi 600 ton. Hal ini disebabkan oleh hama yang tidak bisa dikendalikan dan dicegah petani. Jadi meskipun buahnya lebat namun jumlah pepaya yang bisa dijual hanya mencapai 50 persen saja, 50 persennya lagi rusak dan tidak bernilai jual.
Dalam hal budidaya, petani belum mempunyai pengetahuan bagaimana budidaya yang baik, bahkan dalam pembibitan, mereka belum memahami bagaimana cara mendapatkan bibit unggul, mereka hanya menanam biji pepaya tanpa memperhatikan mana biji yang berkualitas, akibatnya pepaya yang dihasilkan akan menurun kualitasnya dan ukurannya tidak standar sehingga harga jual menjadi rendah. Apalagi kalau musim hujan, musim rambutan dan manggis, harga akan merosot tajam karena permintaan terhadap buah segar ini berkurang, hal ini disebabkan organisasi petani yang ada belum mampu menata kelola usaha holtikultura dengan baik, sehingga dalam menentukan harga mereka tidak punya bargaining power, harga sepenuhnya ditentukan oleh agen. Bahkan sepertinya mereka tidak mempunyai tata kelola yang baik dalam menanam pepaya dan memprediksi permintaan pasar. Mereka tidak mengetahui harga ditingkat konsumen, karena mereha hanya berhubungan langsung dengan agen yang akan membawa pepaya ini daerah lain seperti Medan, Pakan Baru, Padang dan Jakarta.
Kondisi yang lebih memprihatinkan lagi adalah saat pepaya dibeli agen untuk tujuan Jakarta, jika perjalanan truk yang membawa pepaya terhambat dipelabuhan Bangkahuni lebih dari 3 hari, maka pepaya akan busuk dan agen akan meminta mitra untuk mengganti pepaya yang busuk tersebut sebanyak yang sama. Dalam hal ini petani sangat dirugikan dan pendapatan yang mereka terima penuh dengan ketidak pastian. Jadi persoalan ketahanan produk adalah masalah utama bagi petani pepaya penang di daerah ini.
Dari observasi . Sosmiarti dan . M Nazer dilapangan yang lakukan dari tahun 2018 saat mahasiswa melakukan kegiatan Kuliah Kerja Nyata disana, didapatkan kesimpulan bahwa ditingkat lokal Nagari Batu Kalang Utara.
Dikatakan M Nazer kegagalan dalam budidaya, rendahnya harga papaya pepaya segar disebabkan 3 hal yaitu Potensi :
Peluang pengembangan pepaya penang sangat tinggi karena spesifik komoditi, letak geografis dan alur transportasi Kab.Pariaman yang strategis (disisi jalan nasional lintas Sumatera). Namun potensi ini tidak menjadi aset yang dikembangkan oleh petani/pemuka/aparat Nagari setempat dan pemerintah daerah.
Target produksi hanya untuk buah segar dan luas tanam untuk meningkatan kesejahteraan perekonomian rakyat Nagari Batu Kalang Utara tidak dipetakan, sehingga program pengembangan tidak tertata. Termasuk managemen pemasaran, promosi dan packing.
Nilai jual: Salah satu nilai jual luar biasa dari pepaya penang adalah potensinya sebagai produk makanan olahan, produk kecantikan yang sampai saat sekarang belum dapat diolah secara baik dan potensi nilai jual/tambah ini kurang dikembangkan, sehingga tidak mampu berhasil seperti model pengembangan pepaya yang ada Garut dan Berastagi.
Ekonomi kreatif dapat menjadi sebuah jawaban atas tantangan dalam mensejahterakan masyarakat selain itu juga dapat menurunkan tingkat pengangguran. Ekonomi kreatif akan memberikan nilai tambah baik kepada proses produksi maupun kepada sumber daya manusianya sehingga Sistem ekonomi kreatif diyakini akan menjawab tantangan dari berbagai permasalahan yang ada sekarang ini serta akan menggeser sistem yang ada seperti ekonomi komunikasi, ekonomi pertanian dan ekonomi industri ( Irawan, 2015)
Depdag (2007) menyusun sebuah rancangan pengembangan dalam menghadapi persaingan dalam bidang ekonomi kreatif yang terbagi menjadi 14 sektor yaitu periklanan, arsitektur, pasar barang seni, kerajinan, desain,f ashion, film-video dan fotografi, permainan interaktif, musik, seni pertunjukan, penerbitan dan percetakan, layanan komputer, radio dan televisi (Simatupang, 2008).
Lebih Lanjut dikatakan Dr. Sosmiarti dalam perkembangannya, ada penambahan beberapa sektor industri sebagai inkubator industri kreatif, yaitu agrobisnis, kuliner, dan otomotif (Murniati, 2009). Dalam pelaksanaannya industri kecil dan menengah banyak mendominasi dan menggerakkan industri kreatif (Murniati, 2009). Efeknya, Pemerintah mencanangkan tahun 2009 sebagai Tahun Indonesia Kreatif. Ditambahkan Sosmiarti Industri kreatif mendapatkan perhatian yang besar disebabkan karena industri ini mampu memberikan sumbangan kepada Produk Domestik Bruto (PDB) nasional secara signifikan, yaitu dengan rata-rata kontribusi sebesar 104,637 triliun rupiah pada periode 2002- 2006. Nilai ini berarti industri kreatif telah memberikan kontribusi sebesar 6,28% pada periode 2002-2006. Nilai kontribusi ini berada diatas kontribusi sektor pengangkutan umum dan komunikasi, sektor bangunan, dan sektor listrik, gas dan air bersih (Depdag, 2007).
Sebagai salah satu industri kreatif dalam Agrobisnis, kripik pepaya merupakan produk baru yang belum banyak yang memproduksinya, namun sudah dikenal dan mempunyai nilai tambah yang luar biasa dalam makanan kering yang masuk kategori makanan sehat dan mempunyai manfaat yang besar bagi konsumen yang mengkonsumsinya. Produk ini juga sebagai solusi dari rendahnya konsumsi buah segar pepaya oleh masyarakat, sementara mengkonsumsinya mempunyat manfaat yang besar untuk kesehatan. Jadi untuk meningkatkan minat masyarakat mengkonsumsi pepaya maka kripik pepaya merupakan bentuk lain dari produk olahan pepaya agar buah ini menjadi lebih disukai oleh semua golongan, terutama anak-anak dan remaja. juga sebagai makanan cemilan sehat yang diharapkan dapat merubah kesukaan anak-anak dan remaja terhadap makanan ringan dipasaran yang tidak sehat dan berakibat buruk terhadap kesehatan.
Keripik pepaya telah mendapat tempat tersendiri dihati konsumen yang sangat memahami tentang makanan sehat di wilayah jakarta dan sekitarnya. Tapi untuk pulau sumatera, cemilan ini belum banyak diproduksi. Untuk lebih dikenal dan sukai maka perlu dimulai memproduksinya di daerah Sumatera Barat.
Melihat potensi ekonomi yang dapat diciptakan untuk mendorong perekonomian masyarakat di Nagari Batu kalang Utara kabupaten Padang Pariaman, sebagai penghasil pepaya penang terbesar di Sumatera Barat, maka Dosen Fakultas Ekoomi Universitas Andalas yang diketuai oleh Dr. Sosmiarti, SE, MSi dengan anggota Dr. M Nazer MA, Dr,M Nazer, SE, MA, Dra. Leli Sumarni , MS, MSi, Dr. Elvira Luthan, SE, MSi.,Ak, dan Dr. Sri Maryati, SE, MSi. melaksanakan pengabdian masyarakat IPTEK berbasis Dosen dan Masyarakat ( IbDM) di Nagari Batu Kalang ini dengan memberikan penyuluhan tentang pentingnya mengelola potensi sumber daya yang tersedia dan membuka cakrawala berfikir masyarakat untuk lebih kreatif dalam produksi pepaya penang mampu menciptakan produk baru yang dapat menjadi solusi dari persoalan harga, kemiskinan petani dan daya tahan produk dalam bentuk produk olahan pepaya berupa keripik pepaya dan Manisan pepaya.
Tim pengabdi Unand tertarik untuk melakukan pengabdian pada jenis usaha ini dengan melakukan pembinaaan yang dibutuhkan dalam mengatasi persoalan yang dihadapi baik dari SDM, Produksi dan pemasaran produk, untuk membantu masyarakat mengurangi dampak sosial ekonomi yang dideritanya pasca bencana gempa dan sebagai pedulinya Universitas andalas untuk menjamin keberlangsungan penghidupan didaerah yang menjadi kawasan binaan, maka pengabdi memilih dua dari kelompok tani pepaya penang di Nagari Batu Kalang Utara sebagi mitra dalam pengabdian ini.
Dengan berkembangnya usaha kripik pepaya ini diharapkan perekonomian masyarakat di Kabupaten Padang Pariaman terangkat, kesempatan kerja meningkat dan keripik pepaya asal kabupaten Padang Pariaman dapat dikenal berbagai kalangan diberbagai tempat sehingga dapat menjadi produk unggulan daaerah dengan pangsa pasar yang lebih luas.